Menurut Carl Rogers, konsep
diri merupakan gestalt konseptual yang teratur dan bersifat konsisten yang
terdiri dari persepsi-persepsi tentang ciri atau karakteristik diri kita atau
persepsi yang kita miliki tentang hubungan antara diri kita dengan orang lain,
apa pendapat orang lain tentang diri kita dan juga berbagai aspek tentang
kehidupan kita.[1]
Konsep diri merupakan gabungan
dari pandangan diri kita tentang orang tua kita, teman kita, pasangan kita,
juga dari atasan kita, karyawan, atlit dan juga dari artis yang kita idolakan.
Sehingga jelas bahwa konsep diri seseorang terdiri dari gabungan berbagai
persepsi yang merefleksikan peran spesifik dalam konteks kehidupan.[2]
Konsep diri adalah citra
subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap &
persefsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan
yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan
orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah
waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri.
Jika seseorang mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep
diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil.
Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat
menjadi sumber stres atau konflik.
Konsep diri dan persepsi
tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai
keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri.[3] Termasuk
persepsi indvidu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
serta keinginannya. Lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual. Kepribadian yang sehat disebut dengan istilah fully functioning
person yang memiliki ciri-ciri terbuka pada pengalaman, hidup pada masa kini,
percaya pada diri sendiri, mengalami kebebasan dan kreatifitas. Kelima ciri
tersebut berjalan secara berurutan, bila seseorang tidak terbuka pengalamannya
maka ia tidak bisa hidup pada masa kini, tidak percaya pada diri sendiri dan
seterusnya.[4]
Konsep diri belum ada saat
manusia pertama dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui
eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya.
Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu
mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri berkembang dengan
baik apabila : budaya dan pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan
positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dan dapat
beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya. Respons individu
terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari
adaptif sampai maladaptive.
[1] Jelle, HL dan Ziegler, JD, Personalities
Theories Third Edition (New York: McGraw Hill, 1992), hal. 496